Selasa, 22 Januari 2013

BERITA

 


Jakarta - Permintaan daging kelinci di Indonesia ternyata cukup tinggi. Namun pasokan atau suplai dari kelinci ini minim. Ini bisa menjadi peluang bisnis bagi yang berminat memulai bisnis baru.

"Pemain kelinci tahu supply kurang," tutur Ketua Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (Himakindo) Yono C. Raharjo kepada detikFinance, Jumat (25/1/2013).

Yono yang juga Peneliti di Balai Penelitian Ternak Puslitbang Peternakan Bogor menjelaskan kenapa masih sedikit orang memilih beternak kelinci. Menurutnya, bisnis ternak kelinci unik dan berbeda dengan bisnis ternak lainnya seperti sapi, kambing, atau unggas.

"Kalau orang mencari daging kelinci (pasokan) 20 kg secara berkelanjutan pasti nggak ada yang suplai. Kalau permintaan ada, suplai tidak ada. Kadang ada yang punya suplai bingung jualnya," tambahnya.

Karena itu untuk solusinya, Yono mengatakan akan dibuat kampung atau komunitas industri kelinci di Indonesia agar bisa memudahkan penjualan dan pengembangan kelinci di Indonesia.

Disampaikan Yono, pada pertengahan 2012 lalu, pemerintah mulai mengembangkan konsep kampung kelinci di lima lokasi Indonesia. Nantinya dengan konsep kampung kelinci itu, akan dihasilkan banyak nilai tambah, mulai produk turunan seperti bakso, sosis, cinderamata, mantel, syal, dan pupuk dari kotoran.

"Kita membangun industri berbasisi kelompok. kelompoknya diberdayakan. Gunanya banyak sekali," pungkasnya.

Sebelumnya Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah mengatakan, dengan memiliki 50 ekor kelinci, maka sama saja seseorang mempunyai penghasilan sebesar Rp 2 juta per bulan. Namun Dahlan belum mengatakan, BUMN apa yang akan diminta untuk membesarkan peternakan kelinci ini.

Hari ini, Menteri Pertanian Suswono untuk kesekian kalinya mencanangkan gerakan makan daging kelinci. Hal ini sebagai upaya diversifikasi pangan daging selain sapi, daging sapi harganya kini semakin mahal.

"Ini krusial (masalah daging sapi) hanya di Jabodetabek yang lain tidak ada masalah. Ini kita akan galakkan kelinci," ungkap Suswono usai acara APEC Senior Official Meeting 1 di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Jumat (25/1/2013).

Yono pernah membeberkan soal peluang bisnis kelinci ini. Menurutnya, dalam setahun seekor induk kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg bobot hidup pada pola tradisional dan 120 kg pada pola intensif.
Ketua Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (Himakindo), Yono C Raharjo menjelaskan proses pengembangbiakan dan pertumbuhan kelinci sangat cepat sehingga seorang investor bisa memperoleh hasil investasi yang relatif cepat jika dikelola dengan baik.

"Potensi kelinci untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, pada umumnya telah umum diketahui," ungkap Yono saat berbincang dengan detikFinance, Senin (9/7/2012).

Yono menjelaskan, dalam setahun seekor induk kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg bobot hidup pada pola tradisional dan 120 kg pada pola intensif.

"Biasanya ditingkat intensif mengawinkan 7 sampai 8 kali per tahun untuk satu induk kelinci. Kemudian jumlah anak-anak kelincinya terseleksi 8 sampai 10 ekor yang bisa dipananen. Jadi 7 kali 8 sama dengan 56 ekor/tahun," imbuhnya.

Pada pola intensif seekor kelinci bisa dipanen pada umur 80 hari dengan bobot 2,5 kg/ekor. Sehingga menurutnya, dari satu induk anak kelinci saja bisa menghasilkan daging sekitar 120 kg/tahun.

"Kalau 56 ekor kali 2,5 kg, umur potong potong 80 hari. Jadi 1 induk kelinci bisa menghasilkan sekitar 120 kilo/tahun," sanggahnya

Menurutnya, dengan investasi yang sama dengan sapi. Ternyata kelinci bisa menghasilkan daging per tahunnya jauh lebih besar daripada ternak sapi yaitu mencapai kira-kira 24 kali lebih banyak daripada sapi.

"Bila disetarakan bahwa 1 sapi bernilai Rp 10 juta, induk kelinci Rp 300 ribu (1 sapi = 30 kelinci), maka dalam 1 tahun 1 sapi menghasilkan 200 kg bobot hidup, sedangkan 30 induk kelinci akan menghasilkan 1.200 sampai 4.800 kg," sambungnya.

Jika masyarakat ingin memulai beternak kelinci, sebaiknya dilakukan secara berkelompok agar proses pemeliharaan dan pemasaran produk ternak kelinci bisa dikelola dengan baik. Menurutnya, untuk investasi awal masyarakat bisa berinvetasi kira-kira sebesar Rp 10 juta. Namun dalam kurun waktu setahun masyarakat telah bisa memperoleh pengembalian investasi.

"Kalau seorang melihara 20 induk plus 3 jantan. Mestinya dia bisa makan protein 20 gr/orang dari satu keluarga dengan 4 anggota. Ditambah dengan penambahan pendapatan Rp 900 ribu/bulan. Di negara lain bagi yang tidak mampu disediakan (modal) oleh negara kalau di kita 20 induk dengan 3 jantan, rata-rata menghabiskan hampir Rp 10 juta. Dalam 1 tahun sudah balik modal," sebutnya.

Selain itu, peternak kelinci juga bisa memperoleh tambahan pendapatan selain penjualan daging kelinci saja.

"Pendapatan akan bertambah bila dilakukan integrasi dengan sayuran/bunga, pengolahan daging, kulit-bulu dan pupuk (padat dan cair)," tutup Yono.
(dikutip dari detikfinance)